Proses Penanganan Limbah Padat yang ketiga  adalah dengan cara Pembuatan Kompos

Uraian mengenai proses pengomposan berikut ini bersumber dari Suriawiria (1996). Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.  



Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air, dan sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi proses mikrobiologis. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses tersebut berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen dan karbon (C/N rasio) di dalam bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan didalamnya.

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik ntuk mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok untuk diterapkan di indonesia, karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasrkan bentuknya kompos ada yang bebentuk cair dan padat. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos, cacing tanah atau kultur mikroorganisme.contoh kultur mikroorganisme yang banya dijual dipasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah EM4 (effective mikroorganisme 4). EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah/sampah organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, diantaranya,  Lactobacillus sp, Rhodopseudomonas sp, Actinomyces sp, dan Streptomyces sp, dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisie. Kompos yang dibuat menggunakan EM4 dikenal juga dengan sebutan bokashi.
                                               Pembuatan pupuk kompos dengan bantuan EM4 (Pupuk Bokashi)
Kompos juga dapat dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu menguraikan bahan organik, kompos yang dibuat dengan bantuan cacaing tanah dikenal juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dati spesies Lumbricus Terrestis, Lumbricus Rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia foetida. Cacing tanah akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah diuraikan oleh mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos menyebabkan pembnetukan kompos lebih efketif dan lebih cepat.
Cara Membuat Kompos Padat
a     a. Pembuatan Kompos padat menggunakan kompos yang telah jadi
Alat dan Bahan :
·         Sampah organik yang mudah busuk (misalnya sayuran, daun dan rantai kering, serta kotoran ternak)
·         Pupuk kompos yang telah jadi, dapat dibeli dipenjual tanaman
·         Ember atau jerigen berpenutup yang telah diberi lubang disisinya dan dibagian bawahnya
          Cara Kerja      :
1.      Masukan sampah organic yang telah dicacah kecil-kecil kedalam ember atau jerigen.
2.   Campurkan kompos yang telah jadi kedalam sampah organic, banyaknya sama dengan sampah organic (1:1).pembuatan kompos bias sekaligus (samaph dan kompos dicampur menjadi satu) atau selapis demi selapis, misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru.
3.      Aduk campurkan kompos dan sampah setiap 5-7 hari.
4.    Pengomposan selesai jika campuran menjadi coklat kehitaman dan tidak berbau sampah. Pada minggu 1 dan 2 mikroba mulai bekerja menguraikan sampah organic, sehingga suhu sekitar menjadi 40 0 C. minggu ke 5-6 suhu kembali normal, yang menandakan sampah telah terurai dan menjadi kompos.
5. Kompos yang dihasilkan jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang masih kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan kembali ke dalam tempat pengomposan untuk digunakan sebagai aktivator
b.      Pembuatan Kompos padat menggunakan kultur EM4
Alat dan Bahan :
·         Sampah organik yang telah dicacah kecil-kecil
·         Larutan EM4 (± 500 mL )
·         Gula Pasir (± 250 mL )
·         Air bersih (± 1000 mL )
·         Ember atau jerigen berpenutup yang telah diberi lubang disisinya dan dibagian bawahnya.
Cara Kerja    :
1. Masukan 20 ml larutan EM4 ditambah 10 gram gula pasir dan 1000 ml air bersih kedalam ember atau jerigen, ditutup dan dikocok hingga merata. Kemudian diamkan selama 24 jam.
2.   Masukan sampah organic yang telah dicacah kecil-kecil ke dalam jerigen yang telah di diamkan 24 jam.
3.  Aduk sampah dengan campuran larutan EM4 hingga merata. Ambil segenggam kompos tersebut. Jika diperas airnya menetes, maka larutan EM4 sudah cukup. Tutup ember atau jerigen kemudian diamkan.
4.      Setiap 2-3 hari sekali, aduk campuran sampah dalam jerigen.
5.      Setelah 3 minggu sampai 1 bulan, kompos biasanya sudah jadi.
c.       Pembuatan Kompos padat menggunakan cacing tanah
           Alat dan Bahan :
·         Cacing tanah
·         Sampah organik
·         Kapur tembok
·         Wadah
·         Ayakan
           Cara Kerja     :
1.      Siapkan sampah organic dan kapur tembok.
2.     Cacah sampah organic sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil. Rendam bahan-bahan yang telah dicacah selama 1 malam, diamkan bahan tersebut selama 1-2 minggu, setelah itu campurkan dengan kotoran ternak sebanyak 75 % dari sampah organic dan sedikit kapur tembok (untuk mengontrol PH). Aduk-aduk sampai  semua bahan tercampur rata.
3.      Masukan bahan kedalam wadah lalu biarkan selama 14 hari sampai suhunya mulai turun.
4.      Setelah suhunya turun, masukan cacing tanah sebanyak 11-14 gram/kg bahan.
5.  Pelihara cacing tanah dengan member makan berupa kotoran ternak. Sebarkan  kotoran ternak dibagian permukaan bahan setebal 2 cm dengan freukensi 3 hari sekali. Kotoran ternak juga berfungsi sebagai bahan kompos.
6.      Jika bahan kompos terlalu kering, lakukan penyiraman hingga lembab kembali.
7.      Lakukan pemanenan jika sudah tampak butiran kotoran cacing atau medianya sudah halus, dan warnanya lebih gelap. Panen dilakukan dengan cara memisahkan cacing dari kompos dengan menggunakan ayakan.
Cara Membuat Kompos Cair
Alat dan Bahan :
·         Sampah organik yang mudha busuk (dicacah dan dipadatkan)
·         Gula cair (500 mL)
·         Air bekas cucian beras (Air tajin), sebaiknya dari cucian pertama (1L)
·         Air kelapa yang sudah tua  (1L)
·         Air bersih (jangan air yang tercampur kaporit) (7 L)
·         Larutan EM4 (1L)
·         Ember plastik (ukuran 20 L) yang tertutup dan diberi lubang di sisi-sisinya
·         Karung beras yang terbuat dari serat sintetis, karung harus berpori
·         Gayung
·         Tali rapia
·         Batu (untuk pemberat)
         Cara Kerja    :
1.      Masukan sampah organik ke dalam karung beras dan tekan sampai padat. Ikat karung beras dengan tali rapia.
2.      Buat larutan media dengan menyampurkan semua bahan selain smapah organik ke dalam ember plastik.
3.      Masukan karung beras berisi sampah organik ke dalam larutan media tersebut sampai sampah terendam seluruhnya. Supaya tidak mengapung, letakan batu sebagai pemberat diatas karung beras tadi.
4.      Tutup ember dan siapkan ember ditempat ynag teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung.
5.      Setelah 7-10 hari, buka penutup meber, angkat karung berisi sampah organik dan pisahkan. Volume sampah organik akan berkurang dari volume awal. Sisa sampah yang masih padat ini dijadikan bahan untuk kompos.
6.      Fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Pupuk cair ini bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Penggunaan pupuk dilakukan dengan pengenceran 500:1 atau 5L air biasa dicampur dengan 10 mL pupuk kompos cair.


KASCING

Kascing berasal dari kotoran hewan (bahan organik lain) yang diurai oleh cacing tanah. Cacing lumbricus rubellus akan memakan bahan-bahan organik sampai habis sehingga kascing merupakan pupuk organik yang penguraiannya paling sempurna bila dibandingkan dengan penguraian bahan organik dengan bantuan bakteri sehingga kascing sudah tidak mengandung jamur karena penguraiannya sempurna. Cacing Lumbricus rubellus dapat meningkatkan kadar unsur hara pada kotoran sapi jauh melebihi hasil penguraian dengan bakteri. Kascing juga mempunyai kelebihan lain yaitu kandungan hormon dan antibiotik yang berasal dari tubuh cacing lumbricus rubellus. Hormon dalam pupuk kascing sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan Antibiotik berfungsi untuk membunuh jamur dan bakteri penyebab penyakit.



Manfaat Pupuk Kascing
  •       Memacu Pertumbuhan tanaman
  •       Mengandung unsur makro dan mikro yang lengkapMeningkatkan sistem perakaran.
  •       Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur dan tidak bantat.
  •       Meningkatkan daya serap dan daya simpan air yang tinggi.
  •       Meningkatkan kesuburan tanah dan menetralkan PH.
  •       Tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit.
  •       Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.
  •      Memiliki resedual efek yang positif artinya pengaruh positif dari pupuk kascing terhadap tanaman yang ditanam pada musim berikutnya masih ada sehingga pertumbuhan produktifitasnya semakin bagus dan kebutuhan pupuk menjadi berkurang.
  •     Ramah Lingkungan karena pupuk kascing tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi tanah dan kesehatan.
Manfaat Bokashi
Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Tehknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut adalah sebagai berikut:
·         memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman
·         memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan
·         pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
·         meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
·         menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
·         meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk


Rangkuman 

  1.      Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos.Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.
  2.     Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. 
  3.      Berdasrkan bentuknya kompos ada yang bebentuk cair dan padat. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos, cacing tanah atau kultur mikroorganisme